lelaki itu menundukkan pandangannya. mungkin bentuk
dari pengakuan akan kesalahan yang ia lakukan, atau ia ingin menyudahi
secepatnya, tak ingin lama-lama
terlibat dalam perdebatan. didepan laki-laki itu adalah
sesosok perempuan cantik, yang sedari tadi tak berhenti bicara, melayangkan
pertanyaan hingga terselip kata makian.
aku tak tahu siapa perempuan itu, dan
laki-laki itu tentu bukan aku. aku sendiri tak jauh dari mereka berdua, aku berada
di pojok kanan kafe, yang dengan leluasa melihat apa yang ada di dalam kafe, meski kafe
nampak sepi, mungkin karena siang hari, atau memang sepi begini, aku juga tidak
tahu, sebab ini kali pertama aku kesini.
sesekali perempuan itu mencomot kue
didepanya, melahap dengan nikmatnya, kemudian mulai bicara lagi. lelaki
didepanya kali ini menimpali pertanyaan dari perempuan itu, entah aku tak tahu
persis apa yang dikatakan lelaki itu, tapi kemudian perempuan itu mulai bicara
dengan nada tinggi. kupikir harus ada sesorang yang menjadi penengah, atau
semacam mediator diantara keduanya. tentu bukan aku!
mungkin sudah tak tahan, lelaki itu kemudian
berdiri dari tempat duduknya, sepertinya akan beranjak pergi, namun sebelum itu
terjadi, sang perempuan memegang erat tangan lelaki yang kemungkinan besar
adalah kekasihnya itu, dan… ‘sungguh brengsek!’ itu kataku dalam hati. entah
sejak kapan perempuan itu memegangnya, yang aku tahu perempuan itu sudah
memegang sebuah kunci mobil, dan berkata pada lelaki didepanya ‘surprise sayang,
ini untukmu!’aku sendiri langsung mengalihkan
pandanganku ke arah luar, dan
diparkirkan ada sebuah mobil yang terlihat baru. perempuan itu sepertinya
memang memberi sebuah hadiah mobil untuk kekasihnya.
“brengsek, sungguh brengsek! kenapa hal yang
manis itu terjadi didepanku, saat aku tengah merindukan seorang ” ucapku, dan
aku tak peduli kalau pasangan kekasih itu mendengarnya.