Uang Panas #17

Untuk Ann.

hai Ann. hmm, lama juga aku tak mengirimmu surat. maaf ya, aku memang tengah sibuk.
Ann, ini ada cerita untukmu.

bocah itu bernama martin. setiap pagi dan sore di depan tv. mungkin kau akan menebak bocak itu menonton tayangan kartun. maaf, itu salah.  bocah itu tak seperti bocah pada umumnya yang suka dengan tontonan kartun, nyeleneh yang ditonton bocah itu adalah tayangan berita.
mbuh! aku juga ngak paham, kenapa itu bocah nontonya malah berita. tapi, mungkin karena ayah dari bocah itu adalah polisi. ya, mungkin si bocah menantikan ayahnya tampil di tv dengan tengah membawa seorang perampok, pencuri dll.
sore itu seperti biasanya, martin di depan tv terlihat serius melihat tayangan berita. martin ngak sendirian, ia ditemani mbak mia.
belum juga lima menit didepan tv. si martin udah beranjak dari tempat duduknya. hmmm, rupanya ia menyadari ayahnya kepulangan ayahnya.
melihat sang ayah, martin langsung menghampirinya dan menarik-narik baju ayahnya.
"yah, martin minta uang"
"memang uangnya buat beli apa?"
"beli es klim yah"
sang ayah langsung mengeluarkan selebar uang dari dompetnya.
martin yang menerima itu langsung terlihat suka cita, gembira, ia senang sekali.
tapi...
dengan tangan ang masih memegang uang pemberian ayahnya, martin langsug masuk ke dapur.
dan sang ayah mengikuti dari belakang.

kau tentu ingin tahu kan, apa yang dilakukan martin?

di dapur rumahnya itu, martin menuju kulkas yang berada dipojok ruangan. ia buka kulkas tersebut dan memasukkan uang yang baru saja diberi oleh ayahnya.
tentu sang ayah yang sedari tadi memperhatikan tingkah anaknya tersebut keheranan.

"martin, kenapa uangnya dimasukkan kulkas"
"biar uangnya jadi dingin yah"
"emang ada apa dengan uangnya?"
"yah, tadi martin lihat berita, banyak uang panas yang beredar. jadi martin takut, kalau uang yang dikasih ayah itu uang panas"


Ann, bocah yang bernama martin dan juga ayahnya itu kini duduk disampingku. ayah martin tengah bercerita tentang anaknya tersebut. sedang martin yang duduk disamping kananku tengah asyik bermain dengan melipat-lipat uang pemberianku.

legah, melihat tangan martin yang tengah melipat uang pemberianku itu tak merasa kepanasan. tak ada masalah dengan tanganya. karena uang pemberianku itu bukan uang panas.

Related Posts:

0 Response to "Uang Panas #17"

Post a Comment

SIlahkan berkomentar dengan kata-kata yang sopan.